Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Kamis, 30 April 2009

“DILEMA”

Wanita Vs Dunia Politik

Berbicara tentang wanita, nampaknya tak pernah lepas dari Jargon “Kesetaraan Gender”. Pandangan yang berkembang dalam masyarakat mengenai status dan peran wanita masih terbagi ke dalam dua kutub yang berseberangan. Sebagian masyarakat cencerung mengasumsikan bahwa wanita adalah menteri dalam keluarga yang hanya mempunyai peran domestik untuk menjalankan semua aktivitas dan rutinitas di dalam rumah. Di sisi lain, berkembang pula anggapan bahwa wanita harus bebas sesuai haknya tentang kebebasan yang selama ini diusung oleh gerakan feminisme.

Suatu pandangan yang semestinya diluruskan, jika selama ini wanita hanya terkungkung dalam batas tembok rumah, seputar kasur, sumur dan dapur. Saat ini, wanita dapat mengembangkan kemampuannya secara optimal. Tentu saja hal ini harus disertai dengan pemahaman ilmu yang benar sesuai dengan al-Qur’an dan sunnah.

Anggapan bahwa wanita telah kehilangan kedudukan dan eksistensinya. Dia tidak mendapatkan tempat yang selayaknya dan tidak mereguk hak-hak kemanusiaannya. Hak-hak sosialnya telah dikebiri dan diabaikan. Bahkan terdapat anggapan bahwa barang yang paling hina sekalipun di dunia ini, lebih baik dibandingkan seorang wanita, sebenarnya sudah mulai bisa ditepis jika si wanita itu mau bersikap asertif.

Bersikap asertif adalah bersikap tegas yang dilakukan dengan sopan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan pendapat tanpa bersikap agresif atau defensif. Seseorang yang asertif tidak menyerang atau bersikap menghakimi orang atau pendapat orang lain. Sikap asertif perlu kita kembangkan agar kita mempunyai control diri dan mempunyai kemampuan untuk mengatakan “tidak” tanpa merasa bersalah dalam menolak ajak teman untuk hal-hal negatif.

Saat ini, wanita sudah beranjak untuk mengadakan satu perubahan atas nasib mereka. Dari tradisi patriarkat menuju tradisi yang equality. Kini perempuanlah yang paling inti untuk menentukan takdir mereka, sebelum ditentukan oleh orang lain.

Salah satu kunci dari perubahan adalah ilmu dan kemauan yang tinggi sehingga mewujudkan wanita yang berakhlak mulia, memiliki jiwa kepemimpinan dan kemandirian serta diharuskan untuk memiliki sikap yang asertif karena semakin tinggi asertifitas seseorang, maka semakin tinggi prestasi kerjanya.

Manusia adalah pemimpin di muka bumi. Setiap manusia memiliki derajat yang sama di hadapan Allah yang membedakan adalah iman dan taqwanya. Tidak terkecuali wanita yang sekaligus menjadi ibu bagi para generasi penerus bangsa.

Salah satu ladang bagi kaum perempuan sebagi wadah untuk mengeksplor aspirasi dan inspirasinya adalah melalui kancah pergulatan dunia politik. Mereka mencoba menghilangkan kategorisasi-kategorisasi kultural dan tingkatan yang hanya bersandar pada sebuah pembagian divisi kerja menurut jenis kelamin.

Berbagai fakta telah membuktikan bahwa wanita juga mampu bersaing ketat dengan kaum adam dalam berbagai aspek.

Masih ingatkah kita pada masa kerajaan pemerintahan Sultan Iskandar Muda? Konon pada saat itu adalah masa-masa emas kerajaan Aceh yang gaungnya terdengar hingga kepelosok nusantara bahkan kemasyhuran nama besar itu terdengar hingga keluar sana. Dan ternyata aktor dibalik semua itu adalah sosok seorang wanita Aceh yang konon ikut membuat nama Aceh begitu disegani lawan dan kawan diperairan Aceh hingga selat malaka adalah dibawah jajaran tokoh wanita yang satu ini. Dia adalah Laksamana Malahayati.

Laksamana Malahyati adalah seorang tokoh wanita Aceh yang memegang peranan penting pada masa pemerintahan tersebut. Ia adalah pemimpin yang bertanggung jawab untuk mengamankan perairan dan kelautan Aceh dari para musuh yang mencoba-coba untuk mengganggu wilayah laut pasti akan berhadapan dengan siwanita ini. Walaupun ia seorang perempuan namun jangan mengganggap remeh pada kemampuan dan kepemimpinannya dalam menjaga perairan Aceh. Armada laut kerajaan Aceh saat itu sangatlah tangguh dan begitu disegani oleh siapapun. Berbagai pertempuran dilaut telah ia buktikan dengan kemenangan yang diraihnya membuat musuh semakin berpikir berpuluh kali untuk menyerang kerajaan Aceh dari laut.

Masih banyak contoh wanita-wanita pada masa lalu yang telah mengukir tinta emas untuk anak cucunya dimasa kini.. Dan semua ini hendaknya menjadi motivasi bagi kaum wanita untuk terus maju berdampingan dengan kaum pria dalam menjalani kehidupannya sehari hari. Kerjasama dengan laki-laki untuk memperjuangkan hidup yang demokratis dan menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, menjadi tugas bersama. Sekarang kita tidak hanya cukup dengan bicara, tetapi bisa berjalan bersama-sama dengan laki-laki sebagai mitra kerja dengan kepribadian yang utuh. Jangan terus terusan berpikir bahwa kaum wanita tidak pantas untuk berpolitik karena politik ada kalanya juga dibutuhkan dari hasil pemikiran kaum wanita.

Lihatlah contoh Ratu Safiatuddin, ia adalah seorang wanita namun ia juga banyak melakukan hal-hal yang sangat patut kita teladani dalam masa sekarang ini. Betapa banyak perubahan yang telah ia lakukan pada masa kerajaan yang ia pimpin. Politik serta ide-ide nya dalam membangun kerajaannya hingga menjadi kerajaan megah patut kita renungi. Kesejahteraan terhadap rakyat juga terlihat dari dirinya karena ia juga menerapkan politik-politik yang selalu memikirkan kepentingan rakyat.

Masih ada lagi contoh wanita-wanita yang patut kita teladani dalam kepemimpinannya serta cara mereka berpolitik pada masa lalu. Lihatlah pejuang-pejuang wanita tangguh Aceh seperti Cut Nyak Dhien, Cut Meutia, RA.Kartini dll, yang namanya cukup disegani oleh Belanda pada masa itu. Semua itu tentu tidak lepas dari politik yang mereka terapkan dalam peperangan dan politik-politik licik pun diperlukan untuk memenangi suatu pertempuran. Jadi politik dan stategi itu adalah suatu hubungan erat yang harus benar-benar kita kuasai untuk memenangkan suatu peperangan.

Sejarah membuktikan bahwa pemikiran politik-politik ini ternyata telah dilakukan oleh wanita-wanita pejuang pada masa lalu, dan lihatlah hasil politik serta strategi yang telah mereka jalankan ternyata membawa hasil yang cukup memuaskan.

Hal inilah yang seharusnya dijadikan selayang pandang bagi kaum wanita sekarang untuk mengambil pengalaman dari para pendahulunya, jangan ragu untuk melakukan sesuatu. Silahkan berpolitik jika itu bisa membawa hasil yang lebih baik untuk kedepan. Mungkin dengan tampilnya ide-ide politik dari wanita, kita harapkan masa keemasan yang dulu pernah terjadi kini bisa terulang kembali dengan tampilnya perempuan dalam kancah politik. Apalagi saat ini indonesia akan menghadapi yang namanya PILPRES. Tentu ajang yang sarat dengan muatan politis tersebut bisa kita jadikan suatu pelajaran yang berharga untuk wanita-wanita dalam dunia berpolitik. Jangan mudah terpengaruh oleh politik yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu dengan iming-iming serta janji-janji palsu yang hanya mereka umbar pada saat mereka berkampanye. Jangan mau hanya jadi pendorong mobil mogok dan setelah berjalan lantas ditinggalkan. Pilihlah calon-calon yang memang benar-benar amanah serta memiliki kemampuan untuk membawa rakyatnya menjadi lebih sejahtera. Ingat dunia politik terkadang penuh dengan kebohongan dan taktik yang licik. Jangan sampai kita menyesal karena telah salah memilih seorang pemimpin yang hanya membuat kita lebih sengsara. Karena itulah kita perlu mengetahui siapa pemimpin yang akan kita pilih tersebut. Jangan seperti memilih kucing dalam karung, dari luar kita dengar suaranya bagus ternyata didalamnya berisi kucing kurap yang malah sering mencuri ikan dalam rumah kita. Gunakan akal logika kita sebelum memilih, carilah info-info tentang pribadi si pemimpin tersebut, jangan dengar melalui orang karena sekarang banyak orang yang begitu mudahnya disuap hanya untuk membagus-baguskan sesuatu yang busuk.

Dan apabila diantara kita, ada yang tidak hanya ingin merasakan sebagai pihak yang memilih tapi juga pihak yang dipilih, maka jangan khawatir karena banyak alasan yang mendukung keberadaan wanita sebagai calon anggota dewan atau bahkan sebagai presiden. Apalagi dengan disahkannya UU Pemilihan Umum: UU No.10 Tahun 2008 tentang keharusan keterwakilan perempuan minimal 30% di parlemen, merupakan celah keadilan yang memberikan peluang bagi kaum wanita untuk berkiprah didunia politik. Yang paling penting dalam UU ini adalah adanya sanksi yang tegas pada parpol yang tidak memenuhi keterwakilan perempuan minimal 30%, sehingga paling tidak dengan adanya keputusan tersebut perjuangan kaum permpuan atau wanita dalam dunia politik semakin terfokus.

Megawati adalah wanita pertama yang menjadi presiden Republik Indonesia. Ini adalah salah satu fakta yang bisa dijadikan alasan bagi wanita untuk menjadi seorang pemimpin. Beberapa fakta lain juga menyebutkan bahwa ada beberapa tokoh wanita yang bisa lebih sukses dari pria, diantaranya adalah Ratu Elisabeth yang dengan kepemimpinannya mampu menjadikan inggris sebagai negara yang besar yang dapat disejajarkan dengan napoleon(prancis) dan hitler (jerman) apalagi dengan Susilo Bambang Yudhoyono (mungkin jauh sekali). Kemudian tokoh wanita lainnya adalah Bunda Teresha, dia mampu meraih prestasi yang mampu diacungi jempol karena dari 1000 pemuka seluruh agama (kristen, islam, katholik, dll) didunia, dia menduduki peringkat pertama sebagai pemuka yang paling berkualitas (berdasarkan pemilihan dari seluruh pemuka agama tingkat dunia), dan lagi-lagi dia adalah seorang wanita. Contoh terakhir di Indonesia sendiri, Anggun terpilih menjadi penyanyi top di prancis, Agnes monica pernah membintangi film luar negeri (taiwan) bersama aktor terkenal sepeti Jerry Yan (F4) dan masih banyak lagi yang tidak mungkin semunya disebutkan satu-persatu.

Bercermin dari hal-hal diatas sebenarnya bukan mustahil jika kaum wanita ingin menjadi pemimpin asalkan mereka adalah wanita yang kapasitas dan kredibilitasnya telah teruji. Mereka harus memanfaatkan hak-hak yang telah ada sehingga mampu berperan dalam usaha mensukseskan pembangunan di segala aspek kehidupan dan ambil bagian dalam menentukan kebijakan-kebijakan arah masa depan baik di lingkup keluarga ataupun Negara. Dan kiprah mereka yang aktif dalam sebuah organisasi, bisa membuat partai politik tertarik untuk merekrut mereka. Akan tetapi perlu diingat bahwa setiap kepemimpinan itu pasti akan dimintai pertanggung jawaban. Jadi, lakukan semuanya sebagaimana porsinya. Hendaklah menjadi figur yang patut dicontoh seperti pejuang-pejuang terdahulu. Tepiskan anggapan bahwa “mayoritas bukanlah jaminan, tetapi hanya laksana buih di lautan yang hanya akan menjadi permainan”, meskipun tidak bisa menghilangkannya karena walau sedikit memang ada benarnya. Tapi, paling tidak kita bisa membuktikan bahwa hal itu tidak berlaku selamanya.

Terlepas dari itu semua, sebenarnya upaya melepaskan diri dari lilitan budaya yang menyengsarakan, memang tidak semudah membalik telapak tangan. Walaupun telah hidup di zaman modern yang kental dengan emansipasi wanita dengan berbagai peluang untuk terjun dalam wilayah publik, akan tetapi wanita juga harus dituntut untuk tidak melupakan kodratnya sebagai seorang ibu yang harus mendidik seorang anak.

Seiring berjalannya roda kehidupan dari waktu ke waktu, mungkin seakan tidak membawa perubahan signifikan atas eksistensi kaum wanita. Disatu sisi ada bagian yang sukses menyeimbangkan antara peranan dalam wilayah publik dengan wilayah domestik, akan tetapi disatu sisi tak jarang sebuah biduk rumah tangga hancur karena wanita sibuk berkarier dalam dunia publik termasuk politik. Dan inilah yang menjadi dilemma bagi wanita yang berkarir.

Memang merupakan polemik ketika wanita harus terjun dalam wilayah publik, apalagi ketika si wanita hanya asal-asalan merasa mampu untuk terjun dalam dunia tersebut sedangkan akar kebodohan dan kebungkaman masih terus menjadi dilematis bagi perempuan yang semakin mengikatkan diri pada relasi.Dan hal inilah yang dikhawatirkan ketika nantinya dikeluarkan keputusan tentang kebebasan wanita seluas-luasnya dalam kancah politik khususnya.

Di era yang serba modern saat ini, pelecehan terhadap wanita dikemas begitu indah dengan beberapa paket yang ditawarkan lewat media cetak dan elektronik. Mereka sering terjebak dalam budaya hedonisme yang erat kaitannya dengan aksessories-aksessories glamour dan gemerlap. Padahal, tanpa disadari mereka tengah dieksploitasi lewat kelompok tertentu yang hendak memucikari masyarakat mulai dari kelas menengah sampai kelas atas.

Slogan emansipasi, kebebasan dan hak asasi manusia yang disertai maraknya fitness, munculnya diskotik, tersedianya alat kontrasepsi secara illegal membuat kaum hawa lebih berani tampil menurut kehendak dan pilihannya.

Modernisasi yang disertai westernisasi yang merambah ke seluruh penjuru dunia bisa mengikis budaya-budaya lokal bahkan telah menciptakan suatu tatanan baru yang lebih menjurus pada faham materialisme dan kebebasan seks (free sex). Keemasan semu yang hanya bertujuan untuk kompentingan-kepentingan golongan tertentu, mengakibatkan sumber daya manusia (SDM) porak-porandakan.

Selama ini sebagian besar kaum wanita hanya menjadi konsumen atas sistem perdagangan global yang sama sekali tidak adil. Wanita juga hanya dijadikan objek atas pengaruh-pengaruh luar yang didominasi oleh Negara-negara Barat yang menyebabkan berbagai kepincangan pada diri mereka. Wanita yang pada mulanya berpotensi untuk melahirkan kesejahteraan, sudah beralih fungsi sebagai sumber bencana karena wanita sudah tidak lagi memiliki surga di bawah telapak kakinya.

Slogan emansipasi wanita melahirkan tipe-tipe wanita yang lupa terhadap kodratnya. Dalam soal mencari nafkah hidup sebagai sumber ekonomi rumah tangga, wanita mampu bersaing ketat dengan laki-laki bahkan bisa bersaing dengan suaminya sendiri. Kemampuan di bidang ini, terkadang sebagian dari mereka memperoleh pendapatan yang lebih besar dibandingkan kaum laki-laki. Akibatnya anak-anak sering tidak mendapat perhatian khusus.

Konsep emansipasi wanita diyakini harus mendobrak semua yang dianggap sebagai penghalang bagi kaum wanita untuk sejajar dan bersaing dengan kaum laki-laki. Sebuah keluarga yang harmonis adalah terdiri dari suami istri dan anak-anak. Namun di zaman modern ini yang namanya keluarga bisa hanya terdiri dari seorang ibu dengan anak-anaknya tanpa adanya suami dengan cara membeli sperma, atau sebaliknya seorang bapak dengan anak-anaknya dengan cara mengadopsi.

Dewasa ini, kepandaian, ketrampilan, kecakapan dan luwes dalam bergaul mempunyai peranan yang sangat penting untuk menarik simpati orang lain, hal ini berlaku kepada setiap individu baik laki-laki maupun wanita. Remaja-remaja putri yang minus pengalaman jelas kalah bersaing dengan mereka yang lebih dahulu berkecimpung disuatu lembaga provit, dan wanita yang punya posisi di panggung politik, akan mucul egonya untuk tidak kalah bersaing dengan kaum laki-laki.

Politikus wanita yang berpenampilan hangat, pandai bergaul, lincah memainkan kata-kata dengan lidah yang menyerempet dan mempesona, apalagi wanita yang bersangkutan pandai, cantik, suka memakai busana trendi dan sensual adalah mudah menjalin hubungan dengan laki-laki lain untuk dijadikan PIL.

Konsep emansipasi wanita sudah menggejala diseluruh penjuru dunia, maka tidak heran bila kaum wanita lebih berani berperilaku yang mencolok, bertindak aneh-aneh untuk menarik perhatian sehingga mereka menjadi besar dan terkenal. Bahkan pernah ada kongres pelacur sedunia, dan tidak mustahil akan ada parlemen wanita-wanita sedunia yang diikuti oleh tiap-tiap Negara.

Orang tua memegang peranan yang sangat menentukan dalam upaya membahagiakan dan mensejahterakan seluruh anggota keluarganya. Bila langkah awalnya baik dimulai dari menilai dan mengawasi pendidikan dan pergaulan anak-anaknya sehari-hari sampai memasuki jenjang pernikahan.

Semua umat manusia di muka bumi ini mempunyai tanggung jawab masing-masing, sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW, “Kamu adalah penanggung jawab dan akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipercayakan kepadamu.

Ada nasihat yang perlu dicamkan oleh kita, “Untuk apa ibu bersusah payah menyusui bayinya, namun membiarkan bayinya miskin akidah, akhlak, dan kasih sayang kepada orang tuanya. Dan untuk apa ayah bersusah payah mencari nafkah untuk menyehatkan anaknya, namun membiarkan anaknya murtad”.

Pemberdayaan wanita merupakan kesadaran dari semua pihak untuk mengatasi problema wanita sesuai kondisi dan tempat dimana prempuan dikondisikan. Feminisme berkaitan dengan pandangan tentang sebuah tata perekonomian baru, hubungan manusia dengan alam, dan sekelompok masyarakat tanpa kelas.

Dalam teologi pembebasannya, yang berfokus pada teologi titik yang mempunyai perenungan yang jelas yaitu wanita. Pilihan itu mengajak kita untuk berteologi brsama dengan wanita lain di mana pun mereka berada.

Wanita mempunyai kerja dobel, yakni membereskan pekerjaan rumah tangga (domestik), dan harus bekerja di public untuk mencari uang. Kondisi ini membuat keprihatinan yang mendalam apabila perempuan tidak memiliki pendidikan yang cukup untuk bekerja. Wanita memerlukan suatu kepribadian yang mandiri untuk meraih kesetaraan hidupnya.

Dan kini semua dikembalikan pada individu yang menjalani, semoga bisa berperan dalam ranah public tanpa mengabaikan peranan dalam ranah domestik. ***

DAFTAR PUSTAKA

- Djawas, Abdullah A. 1996, Dilema Wanita Karir. Yogyakarta : Ababil.

- Husaini M. A, Adlan. 2004. Tinjauan Historik Konflik Yahudi, Kristen, Islamm. Jakarta : Gema Insani

- Naqiyah, Najlah. 2005. Otonomi Perempuan. Malang : Bayumedia.

- http://www.duniaesai.com/gender/gender6.html

- http://www.dpd.go.id/myblog/new.php?vid=92alsumatrany.multiply.com/reviews/items/4

PEMILUKU YANG MEMILUKAN

Saat ini, berbicara tentang pemilihan gubernur jatim 2008 merupakan menu sehari-hari yang mungkin dirasa menjenuhkan bagi sebagian masyarakat. Pasalnya, sejak pilgub putaran pertama hingga pilgub putaran kedua yang menghasilkan perolehan suara dengan selisih kurang dari 1% (margin of error) antara pasangan KaJi dan KarSa, ternyata masih terus menyisakan sengketa yang tak kunjung selesai bahkan hingga sekarang. Kubu yang kalah yakni pasangan KaJi, tidak mau menerima putusan tersebut dan justru mengajukan tuntutan lewat MK karena disinyalir terdapat berbagai kecurangan yang sistematis dan terstruktur dalam pilgub kali ini.

Sebenarnya masalah inilah yang ditakutkan ketika pilgub jatim putaran kudua akan digelar.Pada saat itu, berbagai kemungkinan bahaya yang akan timbul sudah diprediksikan. Akan tetapi, tidak disangka ternyata masalah ini berlarut-larut hingga melibatkan semua pihak. Hal ini terbukti ketika Komisi II DPR RI mengadakan Rapat Dengar Pendapat seputar kasus pilgub jatim, pihaknya juga memanggil Mendagri dan oknum-oknum terkait mulai dari KPU, KPU Jatim, Bawaslu, Panwas Jatim hingga pemangku kepentingan (stakeholder) pilgub Jatim.

Menurut saya, keputusan tim KaJi mendesak diadakannya perhitungan ulang di Pamekasan dan pemungutan suara ulang di dua kabupaten yakni Bangkalan dan Sampang adalah suatu hal yang sah dan tidak menyalahi aturan. Mengingat bahwa negara Indonesia adalah negara demokrasi dimana setiap warga negara diberi hak untuk memperoleh keadilan dan diberi kewenangan untuk menuntut apabila hak tersebut tidak diberikan. Dengan menyertakan sejumlah bukti outentik yang kuat dan saksi-saksi atas ketidakadilan yang menimpa seseorang seperti yang diderita tim KaJi maka perkara tersebut bisa diajukan dan diproses lewat lembaga peradilan.

Sedangkan keputusan MK menerima permohonan yang diajukan oleh tim KaJi, sebenarnya merupakan hal yang benar dan wajar, karena peradilan tersebut diproses secara fair dengan syarat-syarat dan ketentuan yang berlaku. Pihak KaJi-pun telah menyertakan berbagai bukti dan saksi dalam melontarkan kecurangan-kecurangan dalam pilgub jatim. Akan tetapi mengapa hal ini justru menjadi permasalahan baru yang menimbulkan pro-kontra dalam kancah demokrasi di Indonesia.

Beberapa kecurangan yang didapat dari berbagai sumber itu antara lain:

· Berdasarkan penelitian yang dilakukan National Democracy Institute dari Partai Demokrat di AS menemukan bahwa ada 22% dari 32 juta pemilih di Jawa Timur yang tidak mendapatkan panggilan untuk mencoblos. Hal ini menunjukkan bahwa KPU bertindak curang.

· Di Pamekasan dan Sumenep, tim KaJi menemukan beberapa fakta misalnya ada anggota KPPS yang membuka kotak suara sesudah dilakukan perhitungan dan ketika ditanya dia berkelit dengan mengatakan bahwa hal ini dilakukan untuk memperbaiki berita acara.

· Adanya perhitungan dengan basis desa bukan TPS.

· Penghitungan suara dilakukan di hotel Mercure tidak mencerminkan demokrasi karena tidak bisa diakses oleh masyarakat luas akibat pengamanan yang terlalu berlebihan.

· Banyak formulir C1 yang dicoret dan ditipex.

· Banyak ditemukan TPS yang dibuka di pinggir jalan.

· Data perolehan suara tidak akurat baik berdasarkan versi Desk Pilkada Pemda Jatim atupun berdasarkan versi KPUD Jatim.

· Ketidaktransparan KPUD karena tidak bisa menunjukkan dan kartu model C-1 dari PPS dan PPK di 14 Kecamatan se-Kabupaten Sampang.

· Tim KarSa telah mengubah suara di wilayah Tapal Kuda dan Madiun sehingga terjadi penggelembungan suara di kedua daerah tersebut, dan masih banyak beberapa kecurangan lainnya.

Berdasarkan analisa seputar kasus pilgub yang semakin menjadi hiruk pikuk, maka sebaiknya semua pihak hendaknya menghormati dan menerima keputusan MK. Hal senada juga diungkapkan oleh presiden SBY pada 13/12/2008 di salah satu media pemberitaan. Demi kebaikan semua pihak dan agar masalah ini tidak terkatung-katung maka putusan itu harus segera dilaksanakan. Apapun hasilnya dan siapapun yang jadi pemenang, semuanya harus menerima dengan lapang dan bijak.

Oleh karena itu, agar pilgub putaran ketiga ini berjalan sukses maka dibutuhkan kesadaran dari semua pihak untuk bertindak sportif dan melaksanakan beberapa hal dibawah ini:

§ Partai-partai pengusung terutama partai yang sedang berkuasa, tidak boleh memaksakan kemenangan kepada KPU dengan cara dan alasan apapun.

§ Gunakan cara-cara kampanye yang bersih.

§ KPU hendaknya tidak terpancing godaan untuk memenangkan pihak yang lebih berkuasa, baik kuasa politik maupun kuasa finansial.

§ KPU harus menjadi wasit yang tegas dan jujur. Katakan yang menang adalah pemenang walaupun selisihnya hanya satu suara, agar KPU berwibawa. Sehingga semua pihak percaya dan menghormati setiap kuputusan KPU.

Sebenarnya pilgub Jatim telah memberikan pelajaran pahit kepada partai-partai, politik bahwa soliditas partai amat penting. Mengingat dua calon yang bertarung pada proses pemilihan kali ini adalah anak kandung PKB. Kalau partai itu mengelola kadernya dengan baik, maka tidak perlu sampai seperti sekarang ini. Lepas dari itu semua, pada pilgub yang akan digelar sekitar tanggal 21 Januari mendatang maka sebaiknya semua proses silaksanakan secara LUBER dan Jurdil sesuai azas demokrasi selama ini.

Senin, 20 April 2009

kamu adalah surga ke